Phone:
(024)841475, 8316377
Physical address:
Jl. Lingga Raya No.6, Dr. Cipto Semarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia 50125
Singapura terkenal dalam penerapan konsep bangunan hijau yang ramah lingkungan dengan mengadopsi teknologi vertical garden atau menggunakan roof garden.
Indonesia sendiri tengah menimba pengalaman dari Singapura dalam menerapkan konsep hijau tersebut. Hal itu ditunjukkan dengan penandatanganan nota kesepahaman antara otoritas konstruksi dan bangunan Singapura dengan Ikatan Nasional Konsultan Indonesia pada ajang Konferensi Internasional yang membahas Bangunan Hijau atau Ramah Lingkungan, pada tanggal 1 September lalu di Singapura.
International Green Building Conference (IGBC) Singapore merupakan salah satu acara rutin tahunan yang diadakan Singapore Green Building Council (SGBC) dan Building and Construction Authority BCA.
Tak hanya Indonesia yang saat ini belajar tentang penerapan tersebut, otoritas konstruksi dan bangunan Singapura juga menandatangani nota kesepahaman dengan otoritas konstruksi dari Tanzania dan Sri Lanka.
“Kami siap membagikan pengalaman,” kata CEO BCA, John Keung Kam Yin, saat konferensi pers penandatangan itu.
Singapura mulai menerapkan prinsip-prinsip bangunan hijau, terutama efisiensi energi, konservasi air, dan mutu lingkungan dalam ruangan sejak tahun 2005. Kini, setidaknya ada 2.100 proyek bangunan hijau atau setara dengan 62 juta meter persegi total dasaran (gross floor area/GFA) di Singapura. Itu sekitar 25 persen dari total luas GFA.
Efisiensi dan efektifitas ruang merupakan dasar pemikiran dari mekanisme green building di singapura. Bahkan Singapura berharap agar kelanjutan penggunaan konsep kota hijau bisa mencapai keseluruhan bangunan di wilayah tersebut.
“Pencapaian yang sangat membanggakan. Kami dalam jalur yang benar menuju target 80 persen gedung di Singapura green pada 2030,” kata Menteri Pembangunan Nasional Singapura Khaw Boon Wan. Kini, Singapura memiliki 1.000 tenaga terlatih terkait perencanaan, pembangunan, dan pengawasan proyek bangunan hijau.
Sekretaris Jenderal Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo) Jimmy Sardjono Michael mengatakan, Indonesia perlu menimba pengalaman dari Singapura. Oleh karena, negara itu memiliki beberapa kesamaan dengan Indonesia secara iklim.
“Pengalaman mereka lebih baik, kita ambil yang sesuai dengan kondisi Indonesia,” ujarnya.
Inkindo merupakan asosiasi perusahaan jasa konsultan bangunan dengan jumlah anggota terdaftar 7.000 perusahaan. Kerja sama dengan BCA akan diikuti sejumlah lokakarya dan simposium seputar bangunan hijau. Berbagi pengalaman dan keahlian, termasuk di antaranya menyusun kriteria dan persyaratan bangunan hijau.
“Secara nasional, Indonesia masih dalam tahap mengenali konsep green building. Singapura sudah menerapkannya,” tutur Ketua Badan Konstruksi Berkelanjutan Nasional S Ipoeng Poernomo. Salah satu hal penting lain adalah keberadaan regulasi pemerintah seputar bangunan hijau yang hingga kini masih dalam pembahasan.
Secara khusus, terkait konferensi itu, dua tim dari Universitas Katolik Parahyangan memenangi kompetisi desain arsitektur tropis internasional bertema “Our Urban Green Home”. Masing-masing desain Green Modular Housing System (Juara II) dan desain Kampong Pulo (Merit Award). Mereka bersaing dengan 68 desain yang berasal dari 13 negara.
Ahli tata ruang dan perubahan iklim, Dr. Ir. Roland Alexander Barkey jyga mengemukakan hal yang sama bahwa Indonesia mesti berbenah dan belajar dari Singapura dalam pemanfaatan ruang perkotaan.
“Indonesia mestinya belajar dari Singapura dalam konsep Green Building bahkan pengembangan teknologi water recycle juga perlu dicontoh darinya,” ujar Roland saat kami wawancarai beberapa waktu lalu.
“Air hujan dan air pembuangan di singapura masih direcycle lagi menjadi air bersih yang kemudian di gunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti untuk menyiram tanaman,” tambahnya. (MFA)